REVIEW BUKU “Teknologi Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran”
REVIEW BUKU “Teknologi
Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran”
Buah dan Sayuran
Penulis : Usman Ahmad
Penerbit : Graha Ilmu
Tahun
Terbit : 2013
Nomor
Edisi : ISBN 978-602-262-050-1
Reviewer
: Khalimatus Sa’diyah
1.
Sinopsis Buku
Penanganan pascapanen adalah serangkaian
proses yang berawal dari produk dipanen sampai produk siap dikonsumsi leh
konsumen akhir (sebagai produk segar) atau sampai siap diolah oleh industry
pengolah pangan (sebagai bahan baku produk olahan). Penanganan pascapanen
menjadi sangat penting dan harus segera dilakukan dengan tahapan yang baik
serta menggunakan fasilitas dan alat yang tepat. Penerapan teknologi pascapanen
merupakan suatu upaya dalam peningkatan peranan pascapanen untuk mempertahankan
kualitas produk holtikultura sekaligus mengurangi susut. Keberhasilan
pengembangan dan penerapan teknologi penanganan pascapanen tidak hanya terletak
pada aspek teknik, melainkan juga pada aspek ekonomi. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk diterapkan, yaitu prinsip kehati-hatian.
Susut penanganan pascapanen pada bijian
misalnya banyak diakibatkan oleh kesalahan dalam penanganan pascapanen serta
akibat serangan jamur dan hama. Susut penanganan pascapanen produk holtikultura
bervariasi, tergantung pada jenis produk dan teknologi yang digunakan.
Penurunan susut sangat penting dilakukan terutama dari sisi ekonomi melalui
penerapan teknologi penanganan pascapanen yang tepat guna. Hal ini akan sangat
membantu petani dan konsumen produk holtikultura secara bersamaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi susut penanganan pascapanen bervariasi, tergantung tempat dan
jenis produk yang diusahakan, dan akan menjadi kompleks jika dihubungkan dengan
target pasar dan sistem pemasaran yang kompleks. Karakteristik pasar saat ini sangat
mempertimbangkan penampilan dan kesegaran buah sehingga berdampak adanya
tambahan waktu dalam penanganannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk menghasilkan produk holtikultura berkualitas baik yaitu: 1) besar
kecilnya permintaan pasar, 2) pemilihan benih, cara penanaman, perawatan
tanaman, 3) cara panen dan penanganan di lahan, 4) cara pengemasan dan
pengepakan, 5) sistem pengangkutan, 6) waktu pemasaran, dan 7) kecepatan
penurunan kualitas.
Pengelolaan produk holtikutura yang
efektif selama penanganan pascapanen merupakan kunci utama dalam mencapai
tujuan dari penerapan teknologi penanganan pascapanen, bukan terletak pada
kompleksitas dan kecanggihan teknologi yang digunakan. Kesederhanaan dan faktor
biaya yang murah menyebabkan teknologi mudah menyebar di kalangan petani.
Secara umum sistem penanganan pascapanen
buah-buahan dan sayuran dimulai dari panen, pembersihan, pengumpulan,
pengemasan, pengangkutan ke konsumen/individu atau ke industri pengolahan.
Dalam hal produk holtikultura seperti buah-buahan dan sayuran, pengembangan
teknologi yang banyak dilakukan adalah teknologi penanganan yang berhubungan
dengan pengemasan dan penyimpanan untuk memperpanjang umur simpan. Teknologi
penanganan pascapanen mempunyai cakupan yang sangat luas, dari segala jenis
produk pertanian yang berasal dari tanaman (buah-buahan, sayuran, bijian, bunga
dan sebagainya).
1.1 Struktur dan
Komposisi Produk Holtikultura
Dalam menangani produk holtkultura perlu
mengetahui struktur dan komposisinya. Struktur produk holtikultura dilihat berdasarkan
karakteristik morfologi (bentuk dan struktur yang berkaitan dengan fungsinya),
anatomi (struktur jaringan dan system sub-sel). Selain itu kaitannya dengan
fotosintesis, yang berhubungan dengan kegiatan produksi hasil pertanian.
Komposisi produk holtikultura segar terdiri dari 80-90% air, zat gizi
(karbohidrat protein, lemak), gula-gula sederhana, vitamin dan mineral, asam
organik, pigmen, dan anti-nutrisi. Mengetahui kandungan zat anti-nutrisi sangat
penting untuk menghindari kerugian yang dapat ditimbulkan sebagai akibat
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran tertentu. Bila zat anti-nutrisi berlebihan
pada buah-buahan dan sayuran, maka perlu dilakukan pencucian atau pengolahan
terlebih dahulu.
1.2 Fisiologi
Pascapanen dan Pematangan Produk Holtikultura
Buah-buahan dan sayuran segar adalah jaringan
hidup yang terus melanjutkan kehidupannya sampai memasuki fase pembusukan, lalu
mati. Jaringan hidup ini akan terus menjalani proses untuk memperoleh energi
dalam mempertahankan hidupnya atau yang disebut dengan respirasi. Proses yang
terjadi setelah produk dipanen adalah perubahan kea rah penghancuran, yang
berakhir dengan proses yang kita kenal dengan pembusukan. Proses fisiologi yang
terjadi setelah panen adalah kehilangan air melalui transpirasi, kehilangan air
melalui respirasi, aktivitas gas etilen. Salah satu berfungsi etilen adalah
untuk mempercepat dan menyeragamkan proses pematangan buah-buahan.
Pematangan adalah serangkaian proses
yang mengubah buah-buahan yang belum matang, tidak dapat dimakan sebagai buah
meja, sampai menjadi buah-buahan dengan keadaan optimum untum dimakan, dengan
aroma dan rasa yang lebih disukai. Istilah matang dan masak harus dibedakan
dengan tua. Matang atau masak adalah keadaan buah-buahan yang sudah siap
dikonsumsi langsung., dagingnya bertekstur lunak dan rasanya umumnya manis
karena gula sudah terbentuk. Tua adalah keadaan secara fisiologis
perkembangannya sudah optimum tapi belum cocok untuk dikonsumsi. Etilen merupakan gas yang diperlukan untuk
pematangan.
Tahapan yang dilalui buah-buahan selama
proses pematangan, yaitu 1) praklimaterik, 2) peningkatan klimaterik, 3) puncak
klimaterik, dan 4) pasca klimaterik. Pada tahap klimaterik buah-buahan masih
mentah. Pada tahap ini lah dilakukan pematangan, biasanya dengan menambahkan
gas etilen dari luar untuk mempercepat proses pematangan, namun penambahana gas
etilen tidak mempunyai pengaruh atau sedikit sekali.
Pengendalian pematangan dapat dilakukan
dengan cara mengendalikan produksi gas etilen pada produk holtikultura, yaitu
mengatur suhu lingkungan, luka fisik, atau pemberian air garam. Pengaruh etilen
dapat diminimalkan untuk memperpanjang umur simpan produk holtikultura.
1.3 Penanganan
dan Kualitas Produk Holtikultura
Komponen kualitas produk holtikultura,
yaitu penampilan, tekstur, flavor, kandungan gizi, dan keamanan. Untuk mengukur
penampilan menggunakan mata telanjang, tekstur menggunakan jari tangan
(kualitatif) atau rheomater (kuantitatif), flavor menggunakan indera penciuman,
kandungan gizi menggunakan analisis kimia atau teknologi NIR melalui analisis
spektroskopi, dan keamanan menggunakan
sistem HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point).
Faktor prapanen yang mempengaruhi
kualitas dan keamanan produk holtikultura, yaitu iklim (suhu lingkungan dan
intensitas cahaya) dan budidaya. Salah satu perubahan kualitas produk
pascapanen adalah ketuaan,. Tingkat ketuaan pada saat panen akan mempengaruhi
kualitas produk akhir, daya simpan, dan kemungkinan terjadinya penyimpangan
fisiologis.
Indeks ketuaan panen digunakan untuk
menentukan waktu panen. Indeks ketuaan panen digolongkan berdasarkan sifatnya
yang subyektif dan obyektif, metode destruktif dan non destruktif. Yang
terpenting dalam penggunaan indeks ketuaan adalah harus sederhana, mudah
diterapkan, tidak memerlukan alat yang mahal dalam penerapannya.
Sistem panen pada umumnya dilakukan
dengan cara ditarik, dipuntir, digunting, dibengkokkan, dipotong, digali dan
dipotong, dicabut, atau dengan galah (pada pohon yang tinggi dengan bantuan
tangga). Cara panen dan waktu panen akan mempengaruhi kualitas produk
holtikultura segar yang dihasilkan. Umumnya, pemanenan dilakukan pada pagi hari
ketika matahari baru saja terbit karena hari sudah cukup terang dan suhu
lingkungan masih cukup rendah sehingga dapat mengurangi kerusakan akibat
respirasi produk dan juga meningkatkan efisiensi pemanenan.
1.4 Kegiatan
Sebelum Pengemasan
Kegiatan yang dilakukan sebelum
pengemasan produk holtikultura adalah sebagai berikut:
a.
Delatexing (penghilangan
getah)
b.
Trimming (memisahkan
bagian yang tidak diinginkan)
c.
Cleaning (pembersihan)
d.
Curing (pengerasan
kulit dan penutupan luka-luka yang terjadi saat panen)
e.
Surface coating (pemberian
lapisan lilin tipis pada permukaan)
f.
Pengendalian
terhadap hama dan penyakit
g.
Klasifikasi
produk( ukuran, ketuaan, penampilan)
Rumah pengemasan
adalah suatu bangunan atau tempat berlangsungnya kegiatan pengemasan produk
sebelum didistribusikan. Ukuran dan desain rumah pengemasan harus
mempertimbangkan faktor-faktor : jenis dan volume produk, operasi yang akan
dilakukan, peralatan, desain struktur dan bahan bangunan yang tersedia, lokasi,
dan sistem pengolahan. Selain itu perlu diperhatikan kebutuhan-kebutuhan
mendasar seperti ventilasi, penerangan, ketersediaan air, dan hal-hal lain yang
mendukung kinerja pekerja.
1.5 Pengemasan
Produk Holtikultura
Pengemasan produk meliputi pengemasan
primer dan sekunder. Tujuan pengemasan produk holtikultura adalah untuk
perlindungan terhadap produk dan memudahkan penanganan, distribusiserta pemasaran.
Kemasan yang baik akan mernurunkan biaya penanganan dan pengangkutan karena
lebih mudah dilakukan, menurunkan susut karena adanya perlindungan, dan
menignkatkan efisiensi ruang dalam penyimpanan melalui penumpukan yang rapat,
yang kesemuanya berimplikasi pada penurunan biaya distribusi dan pemasaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu kemasan terhadap produk holtikultura segar penting
diperhatikan. Karakteristik produk yang bermacam-macam, baik dari aspek fisika,
biologi, dan macam penaganan yang dilakukan, ketersediaan dan biaya bahan
kemasan, dan persyaratan pasar adalah hal-hal yang harus diperhitungkan dalam
penggunaan kemasan produk holtikultura tertentu.
Berdasarkan
sifat kelenturannya, jenis kemasan dibagi menjadi dua, yaitu kemasan flexibel
dan kemasan kaku. Kemasan fleksibel adalah kemasan yang hanya berfungsi untuk
membungkus produk demi kemudahan penanganan selanjutnya, dan tidak dimaksudkan
untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis akibat gaya tekan dari luar
mengenai produk dalam kemasan. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat menahan
gaya tekan sehingga dapat melindungi produk yang dikemas dari gaya tekan yang
timbul selama penanganan.
1.6 Sistem
Penyimpanan dan Pengangkutan
Sistem penyimpanan refrigerasi adalah
mempertahankan produk pada suhu rendah untuk memperlambat laju kerusakan produk
segar dengan cara memperlambat proses metabolism produk. Sistem ini biasanya terdapat
fasilitas pendinginan mekanis, adanya pengendalian kelembapan, persyaratan suhu
dan kelembapan produk holtikultura, atau menggunakan teknologi sederhana untuk
penyimpanan dingin. Sebelum dilakukan pendinginan, produk holtikultura
dilakukan pra-pendinginan, yaitu penghilangan panas dari produk setelah
dilakukan panen di lapangan sehingga produk akan cepat menyesuaikan diri dengan
suhu penyimpanan.
Sistem penyimpanan dengan pengendalian
atmosfir dibedakan menjadi 2, yaitu atmosfir terkendali dan atmosfir
termodifikasi. Potensi penerapan sistem penyimpanan atmosfir adalah dapat
mempertahankan kualitas dan keamanan produk terolah minimal yang semakin popular
dipasaran karena menawarkan kenyamanan dan kepraktisan bagi konsumen perkotaan,
namun jika komposisi udara tidak tepat (terlalu rendah oksigen atau terlalu
tinggi karbondioksida) dapat menimbulkan metabolism anaerobik pada produk segar
yang dapat menghilangkan rasa dan aroma, pematangan yang tidak normal, serta
merangsang perkecambahan dan pembusukan pada sayuran akar.
Pengangkutan produk holtikultura
biasanya menggunakan kendaraan truk, kereta api, perahu motor atau kapal laut,
pesawat udara, atau kombinasi dari beberapa moda pengangkutan tersebut. Pengangkutan
dilakukan melalui jalur darat atau udara. Selama pengangkutan tidak lepas dari
kerusakan-kerusakan. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan
tindakan-tindakan khusus yang berdasarkan prinsip kehati-hatian.
1.7 Sistem
Pemasaran
Pelaku pasar terdiri dari petani,
pedagang, agen komisi, pengecer. Jenis pasar terdiri dari pasar lokal, pasar
tani, terminal dan sub-terminal agribisnis, pasar grosir, pasar eceran. Strategi
dalam pemasaran mempertimbangkan waktu dan tempat untuk memperoleh keuntungan
maksimal, selain itu pasokan produk, volume produksi, pengiriman ke pasar lain,
dan pasokan musiman.
Untuk memfasilitasi pemasaran diperlukan
perencanaan sejak sebelum masa tanam dengan cara manipulasi produksi. Manipulasi
ini dilakukan dengan upaya lokasi produksi, praktek pertanian, seleksi jenis
komoditas, dan teknologi pascapanen.
Dalam menyusun strategi pemasaran yang
efisien diperlukan akses yang akurat, memadai, dan tepat waktu dengan cara
mengetahui informasi semua aspek dari komoditas yang diperdagangkan. Tipe informasi
pasar yang diperlukan meliputi harga pasar, sumber data, volume perdagangan,
biaya pemasaran, volume perdagangan, biaya pemasaran, cakupan data, dan
tinjauan pasar.
2.
Kelebihan dan
Kekurangan Buku
2.1
Kelebihan
Kelebihan dari buku ini adalah sangat
menarik dibaca karena disertai dengan gambar-gambar yang full color.
2.2
Kekurangan
Kekurangan dari buku ini adalah ketika
membuka ini pertama kali, cover langsung lepas dari jilidan dan penulisan kata “buahan”
pada cover seharusnya “Buah” atau Buah-buahan”. Kekurangan yang lain adalah
masih ada penulisan yang kurang tepat, misalnya penulisan berulang kata “…dengan
dengan…”.
Komentar
Posting Komentar