Reportase_Tugas V_FLPBogor
Kemacetan di
Dramaga Bogor, Resahkan Warga dan Mahasiswa
Oleh Khalimatus Sa’diyah pada 1 Desember 2017,
15.30 WIB
(Sumber: Manggala)
Bogor-Kemacetan
sering menjadi masalah utama di kota-kota besar, salah satunya Kota Bogor. Dramaga
adalah salah satu daerah di Bogor yang kerap terjadi kemacetan. Setiap harinya,
kemacetan terjadi pada pukul 16.00 dan volume kendaraan akan bertambah pada
jam-jam pulang kerja. Puncak kemacetan di Dramaga akan mereda setelah pukul
19.00.
Arus kemacetan di daerah kampus Institut
Pertanian Bogor sering kali terjadi setiap harinya. Kendaraan saling berjubel
satu sama lain dan tidak jarang dari pengendara tidak mau mengalah untuk
mendapatkan jalan.
“Pada waktu dalam perjalanan mengunjungi
keponakan di daerah Dramaga, mobil saya hampir terserempet angkutan yang tidak
mau mengalah, hampir saja tabrakan karena angkot memakan bahu jalan. Akhirnya
saya, suami, dan anak memutuskan untuk parkir mobil di Giant Dramaga, kami
terpaksa memesan grab bike dan meninggalkan
mobil karena trauma dengan angkutan umum yang tidak hati-hati dalam berkendara,
padahal sudah tau macet dan kendaraan penuh”, kata Heni, warga Bekasi yang
berencana akan mengunjungi keponakannya di Dramaga-Bogor. Heni juga berharap
kepada Pemerintah Kota Bogor untuk mengadakan pelebaran jalan agar tidak
terlalu macet.
Dari penuturan Heni, sangat diharapkan pemerintah
membuat regulasi tata tertib lalu lintas. Padatnya angkot dirasa mengganggu
pengendara karena beberapa dari mereka tidak tertib dan kurang berhati-hati.
Zulfi, seorang mahasiswa Institut
Petanian Bogor hampir ketinggalan kereta gara-gara terkena macet. “Harapan saya
pada pemerintah adalah adanya regulasi penggunaan kendaraan pribadi dan
pembatasan angkot”, kata Zulfi.
Kemacetan ini juga mengakibatkan
seringnya terjadi kecelakaan di titik-titik daerah puncak kemacetan. Kadang
satu pengendara tidak mau mengalah sehingga rawan terjadi kecelakaan. Kerap
mereka saling bersinggungan, antara motor satu dengan motor yang lain.
Akhirnya, pengendara di belakang juga ikut rem mendadak.
“Mudah-mudahan pemerintah bisa
memperbaiki fasilitas di jalan raya. Untuk masyarakat, lebih berhati-hati dan
sadar kalau keselamatan dirinya dan orang lain itu penting”, Ujar Meika, salah
satu mahasiswa Institut Pertanian Bogor.
Tidak hanya Heni, Zulfi, dan Meika yang merasakan pengalaman buruk akibat kemacetan. Beberapa orang yang berprofesi sebagai guru mengalami telat, yang paling menakutkan lagi kemacetan ini tidak memberikan ruang bagi pejalan kaki. Mutia, soerang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, pernah terserempet para pengendara bermotor yang tidak mau memberikan jalan, “Saya suka hampir terkena serempet tiap di pinggir jalan, pengendara melebihi marka jalan, belum lagi parker seenaknya. Susah banget pokoknya buat nyebrang. Harapannya pemerintah membuat jembatan penyebrangan untuk pedestrian, rambu dan sangsi dipertegas, perda angkot antara jumlah dan system dan mekanisme perlu ditertibkan”.
Tidak hanya Heni, Zulfi, dan Meika yang merasakan pengalaman buruk akibat kemacetan. Beberapa orang yang berprofesi sebagai guru mengalami telat, yang paling menakutkan lagi kemacetan ini tidak memberikan ruang bagi pejalan kaki. Mutia, soerang mahasiswa Institut Pertanian Bogor, pernah terserempet para pengendara bermotor yang tidak mau memberikan jalan, “Saya suka hampir terkena serempet tiap di pinggir jalan, pengendara melebihi marka jalan, belum lagi parker seenaknya. Susah banget pokoknya buat nyebrang. Harapannya pemerintah membuat jembatan penyebrangan untuk pedestrian, rambu dan sangsi dipertegas, perda angkot antara jumlah dan system dan mekanisme perlu ditertibkan”.
Komentar
Posting Komentar