Sinopsis_untuk Skenario Film

Nekat Jadi TKW

Nurul adalah gadis baru lulus SMA. Tepatnya dia berumur 18 tahun. Tempat sekolah Nurul bukanlah SMA favorit, justru SMA yang jauh dari akreditasi B. Teman-teman Nurul, murid-murid di sekolahnya terkenal dengan anak-anak yang tidak disiplin.
Nurul adalah anak tunggal dari Ibu Suryati. Ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu. Tinggalah Nurul bersama ibunya. Gadis berhijab ini sering menjadi bahan olok-olokan temannya di sekolah waktu masih SMA karena gadis berbadan kecil itu mempunyai mimpi tinggi yaitu ingin menjadi seorang dosen. Teman-teman kelasnya selalu mengejeknya dan selalu menganggap dia tidak mungkin bisa menjadi dosen karena badan kecil, gadis desa, dan jangan-jangan muridnya lebih besar dari dosennya.
Pada saat SMA, Nurul selalu tersudut di ruang kelas. Hanya satu-satunya teman, Siti, dari ke-30 siswa-siswi di kelasnya. Siti selalu berusaha membela Nurul ketika teman-temannya mengolok-olok. Dia adalah sahabat baik Nurul. Sepulang sekolah Siti selalu membonceng Nurul dan mengantarnya pulang ke rumah. Sebelumnya ibu Nurul juga berpesan kepada Siti untuk selalu menemani Siti karena ibunya tau tingkah teman-teman Nurul. Kondisi ibu Nurul juga sering sakit-sakitan.  
Setelah lulus dari SMA, Nurul bercita-cita melanjutkan kuliah di universitas ternama, namun dia tidak yakin bisa diterima kalau tidak mendapatkan beasiswa. Pada saat itu Nurul mendapat tawaran beasiswa khusus bagi orang tidak mampu dari salah satu guru SMA nya. Setelah Nurul mencoba mendaftar beasiswa itu, ternyata dia dinyatakan lolos. Dia lolos di jurusan Pendidikan Ekonomi di Universitas Negeri Jakarta.
Nurul sangat senang. Dia memutuskan untuk meninggalkan ibunya seorang diri di rumah, di Kota Kediri. Dia menitipkan amanat kepada sahabatnya, Siti, untuk menjaga ibunya. Kebetulan Siti setelah lulus SMA langsung bekerja di Kota Kediri. Dia selalu merawat ibu Nurul dengan baik, menganggap layaknya ibu kandungnya sendiri.
Sudah 3 tahun Nurul tinggal di Jakarta. Dia sering dihadapi banyak masalah. Ibunya yang sering sakit-sakitan, uang beasiswa bulanannya pun banyak digunakan untuk biaya berobat. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari lowongan pekerjaan.
Tepat di mading kampus, Nurul mendapatkan informasi lowongan pekerjaan menjadi sales peralatan memasak dengan syarat mempunyai sepedah motor dan menyerahkan semua surat-surat kendaraan asli, namun Nurul tidak mempunyai kendaraan.  Dia merasa cocok dengan pekerjaan itu karena hanya modal ngomong dan pekerjaan tersebut tidak terikat waktu, hanya saja ada target per minggunya.
Nurul bingung memikirkan tentang sepedah motor. Ke Jakarta saja dia tidak membawa sepedah motor. Akhirnya dia menghubungi sahabatnya, Siti, untuk meminta bantuannya. Dia meminta Siti untuk mengirimkan surat-surat sepedah motor sekaligus sepedah motor Siti ke Jakarta.
Seminggu kemudian sepedah motor sudah sampai di Jakarta. Nurul langsung membawanya ke kantor kerja yang  ingin dilamarnya. Kantornya ternyata begitu kecil. Seorang resepsionis mengatakan kalau itu kantor baru. Setelah menyerahkan berkas-berkas, Nurul langsung pulang ke kosannya.
Keesokan harinya, Nurul dihadapkan sebuah malapetaka besar, sepedah motor Siti hilang, tidak ada di kosan. Dia ditipu oleh kantor sales. Dia tidak berani mengabari Siti karena jelas ibu Nurul akan kaget, sedangkan kondisinya sedang sakit. Nurul semakin dalam kondisi terjepit. Sudah lama dia menghilang dari kampusnya tanpa kabar. Mimpi-mimpinya menjadi dosen pun semakin terbengkalai.
Rintihan tangisan Nurul setiap malam itu didengar oleh penghuni kamar sebelahnya, Mbak Tin. Dia mencoba menenangkan Nurul dan memberikan jalan keluar terbaik, pergi ke Hongkong menjadi seorang TKW. Kebetulan teman Mbak Tin, Mbak Imah, sedang berkerja menjadi TKW di Hongkong.    
Nurul memutuskan nekat pergi untuk menjadi TKW di Hongkong. Umurnya yang masih 21 tahun tidak membuatnya pantang. Dia di Hongkong tidak sendiri, bersama TKW lain dari Indonesia. Setiap pagi dia memasak, merawat majikannya yang sudah manula, membersihkan ruangan, mencuci, dan menyetrika. Pekerjaan itu ditelateni sampai dia 2 tahun di sana. Dia tidak akan pulang sampai bisa menyembuhkan ibunya yang butuh pengobatan dan mengembalikan sepedah motor Siti.
Nurul sempat ngobrol dengan majikannya tentang kehidupan Nurul, kebetulan majikannya dulu pernah bekerja disebuah perguruan tinggi swasta di Hongkong, Saint Mary’s University of Hongkong. Majikannya menyuruhnya untuk mencari beasiswa untuk pelajar dari Indonesia. Kemudian Nurul mendapat informasi terkait beasiswa itu, Nurul mencoba mendaftar, namun dia harus menunggu pengumuman penerimaan selama 6 bulan. Nurul berusaha terus dan berdoa demi ibunya.
Tidak disangka, dia mendapat kabar bahwa ibunya telah menghembuskan nafas terkakhirnya. Bagaimanapun keadaanya Nurul malam itu langsung pulang ke Indonesia, ke Kota Kediri. Dia sangat terpuruk dan depresi. Sepedah motor Siti sudah digantinya. Semuanya diceritakan kepada Siti keadaan sesungguhnya. Siti pun tidak bisa berkata apa-apa. Siti melarang Nurul untuk kembali ke Hongkong. Nurul mencoba menghubungi majikannya dan meminta untuk kembali setelah dia bisa tenang.
Dua bulan setelah di Kota Kediri, Nurul menghubungi majikkannya. Majikannya memberikannya izin dengan tenggang waktu 5 bulan. Sudah dua bulan HP Nurul tidak bisa dihubungi karena sengaja dinon-aktifkan. Ada sebuah SMS yang membuat hatinya terkaget-kaget bahwa Nurul diterima beasiswa kuliah di Hongkong. Akhirnya dia memutuskan 3 bulan kemudian akan kembali ke Hongkong untuk kuliah di Saint Mary’s University of Hongkong, Jurusan Pendidikan Ekonomi dan tidak disangkanya lagi dia berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di universitas tersebut. Setelah lulus, akan ditempatkan menjadi dosen pengajar khusus warga Indonesia yang kuliah di Hongkong. Akhirnya Nurul akan membuktikan bahwa dia anak desa berbadan kecil bisa mewujudkan cita-citanya menjadi dosen.

Tokoh Utama
1)      Nurul
gadis kecil, alim, lugu, banyak ditimpa cobaan selama hidupnya, dan tidak mudah putus asa.

Tokoh Sampingan
1)      Siti
baik, pemaaf, sabar, dan pemberani
2)      Ibu Suryati
sabar dan sakit-sakitan

Tokoh Pendukung
1)      Teman-teman Nurul
antagonis (kejam, suka menyindir, mengolok-olok, dan tidak disiplin)
2)      Mbak Imah
baik, dermawan, dan sudah berumur 30 tahunan
3)      Majikan
baik, ramah, tegas, dan manula
4)      Mbak Tin

ibu rumah tangga, berumur 35 tahunan, dan mudah simpati kepada orang lain

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Artikel, Esai, dan Feature

Mahasiswa IPB Ramaikan Aksi Bela Palestina

Resensi Buku